Negara Lamajang “Situs Biting” Simbol Pemberontakan Tiada Henti

Berdirinya Kerajaaan Wilwatikta (Majapahit) yang awalnya di Desa Tarik oleh Arya Wiraraja dan Sang Raja “Raden Wijaya” menantu dari Raja Singosari Kertangera diberik tanah Perdikan oleh Jayakatwang. Pemberontakan awal berdirinya Majapahit yang ditulis dalam Tafsir Kitab Negara Kertagama oleh Slamet Muljana, diawali oleh Ranggalwe adipati tuban yang tidak puas, pemerintahan Majapahit oleh sang Raja.

Ulah Ranggalawe yang kerap tidak menjalankan titah sang Raja”Raden Wijaya” oleh pemerintah dianggap memberontak. Padahal Ranggalawe adalah anak dari Arya Wiraraja (dalam Kidung Rangglawe) kawan yang menyelamatkan dari Raden Wijaya dari kejaran prajurit Singosari yang dipimpin Jayakatwang.
Karena dianggap tidak patuh pada raja, Raden Wijaya mengirim Pati Nambi dan Kebo Anabrang dari Palembang untuk membunuh Ranggalawe. Nambi yang diperintah membunuh Ranggalawe berhasil dan kabar menyebar di KOta Raja Majapahit.
Wiraraja sang pendiri Wilwaktita, kaget bukan kepalang, karena
sebagai penasehat raja tidak diberi tahu soal pembunuhan sang anak oleh Raden Wijaya. Arya Wiraraja yang gundah gulana, murung dan sedih karena sang anak dibunuh karena dianggap tidak patuh pada raja, sering menyendiri.
Raden Wijaya ingat dengan janji pada Arya Wiraraja untuk membagi dua wilayah Kerajaan Majapahit yang merupakan wilayah bekas Singosari dibagi dua. Majapahi Barat (Wilwatikta) dan Majapahit Timur (Lamajang).
Pada 1295 masehi Lamajang menjadi Kerajaan yang berdaulat (tanah pardikan) dengan Prabu Arya Wiraraja sebagai rajanya. Arya Wiraraja menjadi raja Mojopahit Timur dengan ibu kota di Lamajang  dikarenakan sesuai perjanjian dengan raden Wijaya, Raja Wilwatikta (Majapahit Barat) akan membagi wilayah Majapahit menjadi dua.
Beliau memerintah wilayah Tiga Juru (Lamajang, Panarukan dan Blambangan atau wilayah tapal kuda sekarang) ditambah Madura dan banyak menanamkan pengaruh di Bali. Kerajaan Lamajang ini ber- ibuk kota di daerah Biting Kutorenon Kabupaten Lumajang hingga sekarang. Bahkan peninggalan benteng kota raja Lamajang masih bisa dijumpai dan tertimbun tanah (gundukan tanah).
Dimasa pemerintah Arya Wiraraja, Mojopahit Timur sangat makmur, berbeda dengan Majapahit Barat yang kekurangan makanan. Setelah Raden Wijaya mangkat, tampuk kekuasaan Majapahit Barat diberikan pada putra Mahkota, Jayanegara.
Arya Wiraraja meninggal pada tahun 1316 masehi dalam usia 87 tahun. Patih Nambi sebagai salah satu putra beliau pulang ke Lamajang untuk mengadakan upacara dukacita ayahnya (kitab Pararton). Jayanegara yang mengetahui ayah adipati Nambi meninggal dunia, meminta pada Mahapatih untuk datang ke Lamajang dan menyampaikan duka cita.
Namun, Mahapatih usai menyampaikan duka cita dan Adipatih Nambi minta ijin cuti panjang. Mahapatih yang gila kekuasaan, bukanya menyampaikan ijin cuti Nambi, malah diputar balikan Nambi akan menyerang Majapahit Barat dan sedang menyusun kekuatan.
Jayanegara yang terkena hasutan dari Mahapatih(dalam kitab Pararton)  langsung melakukan serangan mendadak Ke Lumajang. Lamajang jatuh karena diserang mendadak dengan jumlah pasukan kalah banyak dan Nambu tidak ada persiapan perang. Fitnah Mahapatih membawa bencana. Tujuh menteri utama Majapahit yang juga teman-temn seperjuangan Raden Wijaya yang tidak puas pada keputusan memalukan ini ikut gugur di Lamajang membela patih Nambi.
Perang Lamajang tahun 1316 m ini juga mempengaruhi peperangan yang lain di wilayah bekas Kerajaan ini seperti Perang Lasem yang dipimpin teman seperjuangan radeng Wijaya yaitu Ra Semi (1318 m). perang RaKuti yang akhirnya membuat raja melarikan diri ke luar kota Majapahit dan diselamatkan Bekel Gajah Mada (1319 m). Perang sadeng (1328 m) dan perang Keta (1328). Setelah Majapahit besar Lamajang yang sudah berganti menjadi Virabhumi sekali lagi meberontak dan menimbulkan Perang Paregreg yang akhirnya melemahkan Majapahit.
Perang dan perlawanan para adipati rekan seperjuang Raden Wijaya, dikarenakan ketidak puasan terhadap sistim pemerintahan yang sering mengeruk pajak dan bahan makanan yang terlalu besar. Akibatnya, rakyat menderita dan Adipati yang ingin rakyatny adil dan makmur melakukan perlawanan, sehingga dianggap memberontak.
Dengan menyusulnya pemberontakan yang diawali perlawanan dari Negara Lamajang. Dalam buku sejarah mengenai Lamajang dan Rajanya Arya Wiraraja ditengelamkan, padahal arya wiraraja sangat berperan dalam berdirinya majapahit.
Yang cukup menyedihkan, Situs BIting yang merupakan kota Raja Lamajang dibiarkan terkubur dan berkalang tanah. Tidak seperti peninggalan majapahit barat di Mojokerto, ada penemuan bangunan bagian dasar saja di besar-besarkan dan dilakukan penyelamatan oleh BP3 Trowulan.
Sedangkan sejumlah temuan peninggalan sejarah di Lumajang tak kalang hebat, namun tidak dilakukan penyelamatan dan pelestarian berkelanjutan. Apakah peninggalan sejarah di Lumajang tidak ditemukan lambang atau simbol Surya Majapahit, sehingga dibiarkan tenggelam dan dikubur secara perlahan.
Situs Biting Lamajang yang ada bangunan benteng sepanajang 10 kilometer, lebar 6 meter dan tinggi 10 meter masih ada sisa banguan dan utuh, Semua pihak, masyarakat dan pemerintah berkewajiban menyelamatkan. Ayo..jadikan SItus BIting Sebagai Kawasan Cagar Buaya dan itu sangat layak. Save Situs Biting..! Penyelamatan (Pemberontakan) Tiada Henti.

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Negara Lamajang “Situs Biting” Simbol Pemberontakan Tiada Henti"